Beranda blog

Budidaya Kunyit dan Temulawak di Lahan Luas

0

Agribisnis Warnabiru.com – Kunyit dan temulawak adalah tanaman yang masuk dalam suku jahe-jahean atau temu-temuan yang sering disebut juga sebagai Zingiberaceae. Kedua tanaman ini sama-sama berasal dari Asia Tenggara dan temulawak sendiri merupakan tanaman asli Indonesia. Saat ini kedua tanaman tersebut sudah menyebar ke Asia, Amerika, dan Eropa. Selain berfungsi sebagai tambahan penyedap masakan, kunyit dan temulawak juga banyak digunakan sebagai obat.

2 tanaman ini termasuk jenis rempah-rempah, dalam bahasa Jawa sering dinamai sebagai empon-empon. Kunyit sendiri memiliki sebutan yang berbeda-beda di beberapa daerah, misalnya di Sunda disebut koneng, kunir di jawa, konyet di madura, dan kunyir di komering. Sementara temulawak sering disebut sebagai koneng gede untuk daerah sunda, untuk daerah madura menyebutnya dengan nama temu labak.

Pengolahan Kunyit dan Temulawak

Kunyit (Curcuma longa Linn) dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) memiliki manfaat yang hampir sama, demikian pula dengan pengolahannya. Hal ini dikarenakan kedua tanaman rimpang ini termasuk ke dalam genus curcuma. Dari bentuk tanaman, bentuk rimpang, warna umbi, aroma, hingga usia panen pun hampir sama. Berikut beberapa macam hasil pengolahan kunyit dan temulawak yang sering dijumpai dipasaran:

1. Jamu

Manfaat yang didapat untuk kesehatan tubuh banyak sekali bila kita rutin mengkonsumsi kunyit dan temulawak setiap hari. Misalnya sebagai obat sakit maag, nyeri datang bulan, bengkak pada kulit, meningkatkan nafsu makan, obat sakit kepala, badan panas, pengobatan anemia, obat jerawat, pencegah kanker, pencegah penggumpalan darah, serta dapat berfungsi sebagai anti kejang, anti gatal, anti septik serta anti inflamasi.

Pemanfaatan menjadi jamu dibuat dalam beberapa jenis. Hal ini disesuaikan dari produsen atau industri yang mengolahnya karena ini menyangkut skala usaha yang bersangkutan. Ada yang diolah menjadi jamu godog seperti yang dijual jamu gendongan keliling, jamu bubuk yang terbuat dari sari temulawak dan sari kunyit yang dikeringkan, empon-empon kering, ekstrak kunyit temulawak, serta ada juga yang dalam bentuk kapsul.

2. Bumbu Masakan

Banyak sekali masakan khas Indonesia yang menggunakan kunir. Beberapa diantaranya adalah nasi kuning, gulai, dan kuah bersantan. Selain berfungsi sebagai zat pewarna, kunyit juga menambahkan aroma khas pada masakan. Kandungan antibiotik yang ada didalamnya pun mampu membuat makanan bertahan lebih lama. Karena itulah banyak industri makanan yang membuat kunyit bubuk instant mengingat kebutuhan kunyit untuk masakan Indonesia sangatlah tinggi.

Sedangkan temulawak memang jarang digunakan sebagai bumbu masakan, karena memiliki rasa yang kuat dan aroma yang kurang pas bila dicampur dalam masakan. Untuk itu penggunaan temulawak biasanya sebagai campuran minuman, campuran puding, hingga bahan campuran biskuit / kukis.

3. Bahan Farmasi

Kandungan utama kedua bahan ini adalah curcuma dan minyak atsiri, ini sering dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam dunia farmasi. Curcuma berfungsi sebagai anti inflamasi (anti peradangan) dan anti hepopotoksik (anti racun). Sementara minyak atisiri berperan sebagai anti oksidan, anti mikroba, anti kolestrol dan anti tumor. Selain itu ada kandungan lain yang terdapat pada kunyit dan temulawak seperti seperti karbohidrat, lemak, potein, kalsium, zat besi, fosfor, dan vitamin C.

Di dunia farmasi, kunyit dan temulawak tidak hanya dijadikan suplemen saja, pemanfaatannya banyak sekali seperti dibuat minyak, pati, bahan campuran pangan, bahan dasar kosmetik, serta IKOT / IOT. Untuk itulah prospek pemasaran tanaman ini sangat cerah baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga anda yang ingin membudidayakannya tidak perlu lagi mengkhawatirkan penjualannya.

Budidaya Kunyit Dan Temulawak Di Lahan Luas

Tertarik untuk mencoba budidaya kunyit dan temulawak? Berikut kami berikan referensinya khusus untuk anda.

Syarat Tumbuh Tanaman

  • Suhu udara optimal 19 – 30 derajat celsius
  • Curah hujan tahunan 1000 – 4000 mm/tahun
  • Penyinaran semi full, lebih baik dibawah naungan
  • Tanah berpasir, berkapur dan liat dengan kandungan tinggi organik
  • Ketinggian tempat pada 5 – 1000 mdpl

Perlu diketahui, kunyit dan temulawak sangat bagus daya adaptasinya pada daerah tropis seperti Indonesia terhadap perubahan suhu yang esktrim. Mulai dari dataran rendah sampai tinggi pun cocok, hanya saja bila ditanam di dataran rendah akan menghasilkan kandungan pati dan minyak atsiri yang lebih banyak dibandingkan di tanam pada daerah pegunungan. Ketinggian paling optimal pada 240 – 750 mdpl.

Pembibitan Kunyit dan Temulawak

Ada sebagian teknik penanaman kunyit dan temulawak yang tanpa melakukan pembibitan alias langsung ditanam begitu saja di lahan. Sehingga lebih hemat biaya dan tenaga kerja. Akan tetapi kita tidak dapat mengontrol bibit tersebut baik dari tingkat germinasinya maupun dari tingkat perbedaan pertumbuhannya. Berikut teknik pembibitan kunyit dan temulawak yang baik dan benar:

  • Pilih rimpang kunyit dan temulawak berkualitas, pilih hanya varietas unggul dan tahan hama penyakit
  • Pastikan telah mengalami masa dormansi, jangan yang habis panen. Namun jangan yang sudah kusut.
  • Potong kunyit menjadi 1 jari tiap bibit
  • Rendam dalam cairan ZPT selama 3-6 jam
  • Letakkan di tempat pembibitan selama 1 – 2 bulan sampai siap tanam

Persiapan Lahan

Dikarenakan kita akan menggunakan lahan yang luas dan terbuka, maka proses pengolahan tanahnya cukup kompleks, tidak hanya seperti budidaya dalam polybag atau pot. Beberapa macam persiapan lahan yang harus dilakukan meliputi:

  • Pembersihan lahan dari gulma, seresah dedaunan, bebatuan dan pangkal pohon yang sudah ditebang.
  • Cangkul sedalam 15-20 cm dan balik tanah sebagai upaya penggemburan
  • Buat bedengan dengan lebar 150 cm dan jarak antar bedengan 25 cm.
  • Bentuk saluran irigasi pada tepi dan tengah lahan
  • Buat lubang tanam dengan jarak 60 cm dan dibuat 3 lajur dalam 1 bedenganya

Penanaman Bibit

Waktu terbaik untuk menanam kunyit dan temulawak adalah pada awal musim hujan. Sekitar bulan Oktober sampai Desember. Jangan terlambat hingga akhir musim hujan, karena kunyit dan temulawak adalah tanaman tahunan yang akan layu dan mati sementara. Dan akan tumbuh lagi sampai musim hujan datang kembali.

Cara penanaman:

  1. Siapkan bibit yang sudah siap tanam
  2. Letakkan bibit pada lubang tanam yang sudah disediakan
  3. Pastikan posisi tunas menghadap atas, dan akar di bawah
  4. Tutup dengan tanah tipis tipis

Perawatan dan Pemeliharaan

Perawatan tanaman rimpang yang paling utama ada 2:

  1. Pemupukan
    Pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk NPK 15 15 15 dengan dosis 250 kg / ha. Sementara untuk pupuk kandang / pupuk organik dosisnya adalah 45 ton / ha. Fungsi pupuk kandang adalah untuk memperbanyak anakan. Pemupukan bisa dilakukan tiap 3 atau 4 bulan sekali sampai masa panen tiba.
  2. Pengendalian OPT
    OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang paling sering menyerang kunyit dan temulawak meliputi jamur fusarium yang menyebabkan layu fusarium. Gejalanya akar dan rimpangnya membusuk. Selain itu ada juga layu pseudomonas, ulat jengkal, lalat rimpang, dan ulat tanah. Pengendaliannya adalah dengan menggunakan insektisida dan fungisida dengan dosis tepat guna sesuai dengan takaran yang ditentukan.

Panen

Kedua tanaman ini dapat dipanen pada usia 7-8 bulan sejak tanam, dan panen pada saat ini tergolong sebagai rimpang muda. Kebanyakan industri dan pengepul lebih membutuhkan rimpang tua yang dipanen pada usia 11-12 bulan sejak tanam. Karena kualitas dan kandungannya jauh lebih baik, serta lebih awet.

Mudah bukan budidaya kunyit dan temulawak di lahan luas? Jadi bagi anda yang punya lahan serta punya keinginan untuk mencoba budidaya tanaman herbal ini, segera saja lakukan, terlebih di masa pandemi seperti saat ini, yang mana permintaan kunyit semakin naik pesat.

Mudahnya Berkebun Jahe Gajah

0
budidaya jahe gajah

Mudahnya Berkebun Jahe Gajah, DuaSimpulJahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman obat sekaligus rempah-rempah yang sangat populer. Di Indonesia pemanfaatan jahe banyak digunakan pada beberapa jenis masakan khas daerah. Sementara penggunaan jahe sebagai tanaman herbal biasa dimanfaatkan dalam pembuatan jamu ataupun ekstrak jahe.

Potensi pemasaran jahe dari tahun ke tahun terus meningkat. Tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri saja, permintaan pasar internasional pun begitu besar. Untuk harga jualnya juga cukup stabil sehingga membuat petani tidak terlalu khawatir dalam mempermasalahkan penjualannya.

Budidaya jahe bisa dikatakan sangat menguntungkan. Proses perawatannya pun sangat mudah dilakukan, tidak butuh banyak perlakukan seperti halnya tanaman lainnya. Untuk hama penyakitnya pun relatif minim. Hal inilah yang membuat orang tertarik dan tergiur menjadi petani jahe dan rela mengganti komoditas pertanian yang biasa dilakukannya.

Jenis-Jenis Jahe di Pasaran

Jahe memiliki banyak sekali jenisnya. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing baik dari segi rasa, bentuk, aroma hingga harga jualnya. Dari beberapa jenis tersebut ada 3 jenis yang paling populer di pasaran yaitu:

  1. Jahe merah: jahe merah memiliki rasa yang sangat pedas dan aromanya pun sangat kuat, biasa diambil minyak atsirinya untuk dimanfaatkan sebagai obat tertentu seperti minyak jahe dan juga sering dimanfaatkan untuk diperas dibuat jamu. Ukuran rimpangnya tidak terlalu besar, bagian kulit dan daging jahenya berwarna merah dan memiliki serat yang paling banyak diantara jenis lainnya.
  2. Jahe gajah: ada pula yang menyebutnya jahe badak, jahe kombongan, atau jahe putih besar karena memiliki karakteristik paling menonjol yakni rimpangnya yang besar. Dibandingkan dengan jahe merah, jahe ini memiliki rasa yang kurang pedas, aromanya juga ringan. Serat daging lebih halus dan lembut. Namun di pasaran internasional jahe inilah yang justru paling banyak diburu. Karena biasa dimanfaatkan sebagai campuran masakan dan juga minuman.
  3. Jahe emprit: disebut juga sebagai jahe kuning kecil. Dari segi aroma jahe emprit tidak setajam seperti jahe merah, tapi tingkat kepedasannya tinggi hampir setara jahe merah. Memiliki serat yang cukup halus dan ukuran rimpangnya yang kecil. Biasa dimanfaatkan dalam pembuatan wedang jahe dan campuran dalam masakan.

Dipasaran Indonesia sendiri ketiga jenis jahe tersebut laku keras. Para petani pun memiliki pilihan masing-masing dalam memilih jenis jahe yang digunakan. Karena dari segi budidaya sebenarnya hampir sama, mulai dari penyemaian, penanaman, hingga panen. Yang membedakan hanya dari tingkat serapan pasarnya, harga jual serta hasil panennya.

Untuk serapan pasar tiap daerah berbeda-beda, biasanya disebabkan karena ada industri yang mendominasinya. Misal di satu daerah lebih laku jahe merah sedangkan di daerah lain lebih laku jahe gajah. Untuk harga jualnya pun berbeda-beda, jahe gajah tergolong lebih murah dibandingkan kedua jenis lainnya. Sementara untuk hasil panennya, jahe gajah berpotensi 2 kali lipat lebih banyak.

Syarat Tumbuh Tamanan Jahe Gajah

Jahe bukanlah komoditas lokal. Diperkirakan jahe berasal dari India, lalu menyebar ke negara lain seperti Jepang, Tongkok, Indonesia, Malaysia dan juga ke Timur Tengah. Pada masa penjajahan, jahe yang mampu memberikan rasa hangat sangat diburu oleh bangsa Eropa karena sangat cocok untuk menghangatkan tubuh pada musim salju.

Berikut ini beberapa macam syarat tumbuh tanaman jahe gajah:

  • Ketinggian tempat optimal 200 – 600 mdpl
  • Suhu udara antara 20 – 30 derajat celsius
  • Penyinaran semi full sampai full
  • Curah hujan 2500 – 4000 mm / tahun
  • Tanah gembur berpasir dan memiliki tinggi unsur hara
  • PH tanah antara 6,8 hingga 7

Potensi Hasil Budidaya Jahe Gajah

Dalam satu hektar areal kebun dapat menghasilkan produksi jahe gajah sebanyak 30 ton, memang ada yang mencapai 50 ton namun bisa dikatakan cukup jarang. Angka rata-rata hasil panen di berbagai tempat hanya sekitar 30 ton. Sementara untuk rekor dengan hasil panen terbanyak adalah 88 ton / hektar di Tiongkok dan itupun satu kali saja.

Kebutuhan bibit per hektar sekitar 50 hingga 100 ribu bibit. Masing-masing bibit akan menghasilkan 10 – 30 tanaman baru yang disebut juga sebagai 1 rumpun. Tiap rumpun rata-rata akan menghasilkan 300 – 600 gram jahe gajah basah. Sehingga estimasi 30 ton / hektar bisa dicapai untuk jenis jahe gajah ini.

Untuk harga jual ditingkat petani ini cukup beragam. Biasanya para petani menjual jahe gajah basah ke para tengkulak berkisar antara 3000 hingga 7000 per kilonya. Anggap saja harganya 3000 / kilo, maka dalam satu hektar akan menghasilkan 3000 x 30.000 =90.000.000. Masih terbilang bagus potensinya dan hampir setara dengan komoditas tanaman lainnya.

Berkebun Jahe Gajah

Setelah memahami potensi hasil dari budidaya jahe gajah, apakah kalian tertarik untuk mencoba berkebun jahe gajah di kebun yang dimiliki?. Berikut kami berikan beberapa langkah-langkahnya:

1. Pembibitan Jahe Gajah

Dibawah ini langkah-langkah pembibitan jahe gajah:

  • Rendam benih jahe pada air selama 6 jam, lebih baik lagi jika menggunakan larutan hormon / ZPT.
  • Tiriskan hingga kering, tidak perlu diperam
  • Letakan di tanah lembab dan berhumus
  • Usahakan penyinaran matahari jangan melebihi 60%
  • Tunggu sekitar 1 bulan hingga bibit bertunas

2. Pengolahan Tanah

Sambil menunggu bibit jahe gajah bertunas dan siap tanam, kita dapat melakukan pengolahan tanah. Jika kalian memiliki kebun yang terdapat banyak pohonnya, sebenarnya kurang optimal, jika kebun anda kurang penyinaran, lebih baik ditanami kencur karena lebih cocok pada tempat penuh naungan. Usahakan lahan yang digunakan adalah areal kebun yang rata dan memiliki penyinaran full.

Ada beberapa tahapan pengolahan tanah yakni pembersihan lahan dari gulma, penggemburan dan pembuatan bedengan. Cara ini sebaiknya dilakukan lebih awal, kira-kira 2 minggu sebelum tanam. Ini berfungsi untuk netralisasi tanah terhadap hama penyakit, terutama penyakit busuk rimpang yang sering menyerang tanaman jahe gajah pada musim hujan.

3. Penanaman Bibit Jahe

Setelah bibit dan lahan siap, langsung saja tanam bibit jahe gajah dengan ukuran 30 x 50 cm. Bedengan yang baik memiliki lebar 150 cm, sehingga dalam 1 bedengan bisa dibuat 3 lajur tanam. Jarak antar bedengan yang direkomendasikan adalah 25 cm.

Setelah penanaman selesai, lakukanlah penyiraman agar rimpang jahe dapat menyatu langsung dengan lahan baru. Waktu penanaman jahe bisa pagi hari, agak siang ataupun sore hari, karena bibit jahe yang masih kecil tidak mudah mengalami layu.

4. Perawatan dan Pemeliharaan

Perawatan serta pemeliharaan tanaman jahe penting sekali dilakukan. Selain menjaga agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat tanpa ganggguan, perawatan akan meningkatkan potensi hasil panen hingga 3 kali lipat.

Beberapa tahapan perawatan yang perlu dilakukan adalah: penyiraman teratur, pemupukan dengan pupuk NPK / KCL, pengendalian gulma, pemangkasan daun yang tidak diperlukan, pendangiran & pembumbunan serta pemberantasan hama penyakit tanaman.

5. Pengambilan Hasil Panen

Usia panen jahe gajah di kebun sekitar 12 bulan sejak tanam. Sedangkan untuk penanaman di media karung atau polybag bisa dipanen lebih cepat, yaitu 8 bulan untuk panen muda, sedangkan panen tua sekitar 12 bulan bulan. Setelah dipanen dibersihkan dari tanah yang menempel dan disimpan pada tempat yang kering untuk menghindari pertumbuhan tunas.

Itulah sedikit informasi seputar mudahnya berkebun jahe gajah di kebun. Budidaya jahe bisa dijadikan ladang bisnis jika kita tahu ilmu budidayanya, terlebih potensi pemasarannya yang begitu tinggi membuat siapapun tertarik mencobanya.

Artikel Populer

Pilihan Editor